id_ID Pembingkaian Ulang Paratekstual dalam Penerjemahan Narasi Sosial menurut Baker
Abstrak
Penerjemahan dapat dipandang sebagai sebuah upaya penarasian ulang karena berkontribusi secara aktif dalam mengkonstruksi dunia, bukan sekadar menyandang fungsi sebagai pengalih makna dari satu bahasa menuju bahasa lain. Studi ini mengkaji peran parateks dalam membingkai ulang atau merekonstruksi berbagai narasi yang terkait dengan sebuah karya terjemahan—the Wedhatama karya Stuart Robson—serta menyoroti bagaimana penerjemah secara strategis memanfaatkan elemen-elemen parateks tersebut untuk menafsirkan ulang karya sastra Jawa sekaligus menggambarkan pandangan ideologisnya. Dengan menerapkan pendekatan naratif sosial dari Baker, studi ini menghasilkan temuan bahwa melalui parateks, Robson mengikutsertakan refleksi pribadi dalam karya terjemahannya dan menekankan narasi personal mengenai kepengarangan Serat Wedhatama yang ambigu; narasi publik memberikan petunjuk yang mungkin menjadi sumber inspirasi atau dorongan bagi sang pengarang untuk menulis karya sumber di bawah bayang-bayang kejayaan Mangkunegaran, narasi tentang pemerintahan yang berjaya di bawah kepemimpinan Mangkunegara IV yang cakap, serta metanarasi yang menentang narasi yang telah ada, yakni narasi Panembahan Senapati versus Sang Nabi, dan kejawen versus Islam. Terakhir, melalui parateks pula, Robson menyajikan narasi konseptual yang menyatakan bahwa karya asli, Serat Wedhatama, memuat identitas budaya yang kuat dari kalangan bangsawan. Elemen-elemen parateks dalam terjemahan dapat membantu pembaca memahami terjemahan dan memperkaya narasi budaya yang lebih luas, sehingga mampu memainkan peran aktif dalam proses pembentukan makna.